top of page
DMM_BISA_YUK_BISA__3_-removebg-preview.p

Discereplus

  • Instagram

Tulus Eko Waluyo: Sang Juru Masak Kepresidenan Era SBY

  • discereplusid
  • May 22, 2021
  • 4 min read

Updated: Jun 4, 2021


Tulus Eko Waluyo menghadiri acara kelas memasak yang diikuti oleh para pengusaha katering wanita di Balikpapan.­­
“Kesukaan pak SBY itu nasi goreng, cah kangkung, dan rendang daging” ujar Tulus Eko Waluyo, mantan chef di Istana Negara.

Tak heran jika melihat Tulus sangat paham dengan makanan kesukaan Presiden ke-6 RI itu, karena ia adalah chef yang pernah melayani SBY dan keluarganya di Istana Negara.


Pria kelahiran Balikpapan, 6 Juni 1974 ini pun membagikan pengalamannya selama bekerja di Istana Negara. Menurutnya tidak terlalu sulit untuk bekerja disana, namun semuanya harus mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku. Di Istana Negara, semua makanan mulai dari buah-buahan, appetizer, main course, hingga dessert harus melalui pengecekan dan wajib mendapatkan persetujuan dari tim dokter kepresidenan. Setelah semua SOP telah dilalui dan telah diuji layak, barulah makanan yang ada bisa dimakan oleh keluarga kepresidenan.


Tulus juga mengungkapkan bahwa semua pembelanjaan bahan makanan akan dijaga dan melalui tahap pengecekan. Jika terdapat bahan makanan yang tidak memenuhi standar kelayakan maka bahan tersebut akan langsung dibuang.

Hal terpenting menurutnya yang harus selalu ada dalam dapur Istana Negara adalah FSMS (Food Safety Management System), dimana semua tim dapur harus mampu menerapkannya dari ketentuan temperatur makanan, temperatur buah yang dingin, hingga temperatur penyimpanan makanan.


“Tidak ada segudang syarat maupun permintaan yang tidak masuk akal,” ungkapnya.



Tulus saat menyajikan makanan kepada pengunjung hotel


Awal Mula Perjalanan

Tidak mudah untuk bisa mencapai titik saat ini, berbagai macam jenis pahit dan manis kehidupan telah ia jalani sebelumnya. Bahkan di awal karirnya, ia pernah bekerja sebagai tukang cuci piring, tukang potong, tukang saos, hingga menjadi tukang panggang di sebuah restoran. Namun seperti pepatah pernah mengatakan bahwa tidak akan ada usaha yang pernah mengkhianati hasil dan pepatah tersebut saat ini telah berhasil Tulus buktikan. Dirinya kini bisa menikmati hasil usaha dan kerja kerasnya selama ini, hingga dapat merasakan manis dari usahanya.


Sejak duduk di bangku SMP Tulus sudah mulai menghabiskan sebagian waktunya di dapur restoran, tempat dimana ibunya bekerja. Pulang sekolah, ia langsung pergi ke restoran untuk membantu pekerjaan orang tuanya, mulai dari menyiapkan bahan hingga menghidangkannya. Saat itu bahkan dirinya hanya mendapatkan gaji Rp25.000 per bulan.


Hal tersebut membuatnya semakin terbiasa dengan pekerjaan di dapur dan ibunya pun melihat ada banyak potensi yang ia miliki. Hingga akhirnya ibunya pun mendorong dirinya untuk memulai karir sebagai juru masak di sebuah restoran setelah ia lulus dari SMA.


Tulus pun bertekad menjadi seorang koki, waktu itu New Fajar Restaurant menjadi restoran pertama untuk bekerja. Setelah 4 tahun bekerja dan merasa cukup memiliki pengalaman sebagai Chinese chef, dirinya memutuskan untuk keluar dari restoran tersebut dan pindah ke Bandung.


Selama tinggal di Kota Kembang, ia bekerja di restoran Sanbe Noodle House. Restoran ini mempertemukannya dengan Julius Slamet, seorang general manager di sebuah hotel yang letaknya bersebelahan dengan tempat ia bekerja. Julius merupakan pelanggan tetap yang selalu memesan masakannya.


Tulus ingin mencari pengalaman lain, maka dari itu ia memutuskan untuk resign dari Sanbe Noodle House. Tak lama setelah keluar dari restoran tersebut, Julius menghubungi dirinya. Pada kesempatan itu juga Julius menawarkan posisi Chinese chef yang ada di hotelnya, karena pada saat itu hotel tempat Julius bekerja membutuhkan seorang koki yang mahir dalam masakan Chinese.


Setelah bekerja selama 8 tahun di restoran, akhirnya Tulus mulai memberanikan dirinya untuk bergeser menjadi juru masak perhotelan dan menerima tawaran dari Julius. Dirinya pun berhasil menjejakkan karir perhotelannya yang pertama di Sheraton Media milik Surya Paloh di Jakarta.


Saat itu dirinya harus melalui banyak tahap dan tes agar dapat bekerja di hotel tersebut. Mulai dari interview, food testing, hingga melalui tahap medical check-up yang sangat ketat. Setelah dinyatakan lolos dan sesuai kriteria, akhirnya ia melakukan penandatangan kontrak.


Selama bekerja di hotel berbintang 5 tersebut, dirinya pernah menjadi salah satu dari dua orang yang terpilih di departemennya yang dikirim ke Australia untuk mendapatkan pelatihan FSMS. Hal tersebut semakin menambah pengalamannya dalam dunia memasak dan membuatnya semakin teliti lagi dalam menyajikan hidangan makanan kepada para pelanggannya.


Melihat ketekunan dan keahlian yang dimilikinya, Surya Paloh dan Julius Slamet mengajak dirinya untuk ikut melayani jamuan makan dalam agenda HUT Republik Indonesia yang saat itu masih dalam masa kepemimpinan Presiden SBY.


Sejak dari jamuan tersebut, dirinya mendapatkan tawaran lanjutan untuk bekerja di Istana Negara. Tidak ingin hilang kesempatan, tawaran tersebut diterima dan ia harus mengikuti beberapa tes lanjutan agar bisa dapat sertifikat kelayakan untuk bekerja di Istana Negara. Mulai dites untuk masalah food set di management system, cara memasak, hingga makanan yang ia buat dites oleh keluarga kepresidenan saat itu. Setelah semua prosedur dan tes berhasil dilalui, akhirnya Tulus mendapatkan tawaran menjadi asisten dapur dari kepala negara kepresidenan.


Ingin Menjadi TNI

Pria yang berumur 47 tahun ini, tidak menyangka dirinya akan menjadi seorang koki karena sejak awal bukan profesi ini yang ingin ia capai, melainkan menjadi tentara. Namun, akhirnya mimpi-mimpi itu pun beralih, seiring banyaknya waktu yang ia habiskan di dapur restoran untuk membantu orangtuanya akhirnya dirinya tertarik terjun di dunia kuliner.


Chef bernama Gho Tiong Shwe. Chef yang akrab dipanggil bapak Belong itulah yang mengajarkan segala hal kepada Tulus. Mulai dari mengajarkan segala cara ketika memasak, cara bekerja yang bagus, memilih produk yang layak untuk dikonsumsi, rasa bertanggung jawab, hingga bagaimana cara untuk menciptakan power dalam dirinya.


Hingga saat ini masih mengingat kata-kata yang diberikan Belong kepadanya, “Jika kamu sudah mendalami, dari tukang masak bisa kamu bawa besok saat akan berwiraswasta sendiri, dengan menjual pengalaman yang kamu dapat.”

Ucapan inilah yang semakin meyakinkan dirinya untuk semakin terjun kedalam dunia kuliner.


Alasan lainnya dirinya mengalihkan mimpinya untuk menjadi juru masak, karena menurutnya dengan menjadi seorang koki dirinya bisa berkreasi untuk mengolah makanan dan dirinya juga merasakan adanya kepuasan tersendiri ketika melihat tamu yang lahap memakan masakannya.


Fruit carving di buah labu karya Tulus.


Menginspirasi Orang Lain

“Jangan pernah takut untuk berkreasi, kita tidak harus selalu monoton terhadap sesuatu. Semua masakan yang ada di dunia ini bisa kita kreasikan kembali dengan kreatifitas kita,” pesan Tulus untuk generasi muda saat ini.


Dengan semua pembelajaran dan pengalaman dalam hidupnya, tidak heran jika saat ini Tulus menjadi pribadi yang sangat tegas dalam bekerja. Bahkan saat ini dirinya menjadi inspirasi bagi rekan-rekan yang bekerja bersamanya.

Seperti mengingat masa lalunya yang terinspirasi dari seseorang, sekarang Tulus berhasil tumbuh menjadi inspirasi bagi orang lain, kini giliran dirinya yang memberikan ilmu kepada orang lain.


Masa periode kepemimpinan Presiden SBY telah berakhir dan Tulus memutuskan untuk tidak melanjutkan karirnya di Istana Negara. Dirinya memutuskan untuk kembali ke dapur hotel, agar bisa mendapatkan pengalaman-pengalaman lain yang lebih dari yang ia miliki saat itu.


Setelah puas berkelana di beberapa hotel yang ada tanah Jawa, akhirnya Tulus kembali ke tanah kelahirannya di Balikpapan dan meneruskan karirnya di Kota Minyak tersebut. Saat ini ia telah menjabat sebagai sous chef dengan title Chinese chef di Swiss Belhotel Balikpapan.

***

Penulis : Ita Cindy Tania

Editor : Geiska Vatikan Isdy

Foto : Tulus Eko Waluyo





 
 
 

댓글


bottom of page